Pemeliharaan Tanaman Jagung Hibrida

PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG HIBRIDA


A. Lata Belakang

        Jagung (Zea mays L.) merupakan sereal terkemuka yang paling penting di dunia tanaman yang dapat tumbuh di musim beragam, ekologi dan kegunaan dan dikenal sebagai ratu sereal karena produktivitas paralel antara tanaman sereal (Meena, et al. 2014). Jagung adalah salah satu makanan pokok setelah beras di Negara Indonesia. Jagung biasanya selain digunakan untuk bahan pangan juga digunakan untuk bahan pakan ternak ataupun bahan untuk kebutuhan industri sehingga kebutuhan akan jagung selalu meningkat di setiap waktunya. Tanaman jagung relatif mudah dibudidayakan dan dalam melakukan perawatan, serta sangat cocok dengan kondisi iklim dan cuaca yang ada di Indonesia. Tanaman jagung dapat tumbuh pada dataran rendah hingga dataran tinggi. Lahan tanam yang baik untuk budidaya jagung adalah di lahan kering yang berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan terasering, lahan gambut yang telah diperbaiki, dan lahan basah bekas menanam padi.

        Untuk meringankan kendala produksi jagung, baik pengembangan varietas dan penelitian pengelolaan tanaman perlu diterapkan dalam pendekatan terpadu (Govind, et al. 2015). Pengembangan varietas yang unggul merupakan salah satu teknologi produksi tanaman jagung yang berperan penting dalam hasil produksi yang tinggi. Varietas unggul jagung yang termasuk teknologi budidaya tanaman adalah jagung hibrida. Keunggulan jenis jagung hibrida adalah kapasitas produksinya tinggi sekitar 8-12 ton per hektar dibanding dengan jagung non hibrida , sementara kekurangannya adalah harga jagung yang mahal antara 20-40 kali lipat dari jagung non hibrida, tidak bisa diturunkan lagi sebagai benih karena produksi akan turun mencapai 30%, serta menimbulkan ketergantungan bagi petani karena jagung tidak dapat ditanam lagi.

        Teknologi budidaya yang belum optimal dan penurunan luas lahan pertanian menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produksi tanaman pangan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan upaya yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan lahan dan menggunakan teknologi tanam yang tepat supaya dapat meningkatkan produksi jagung. Teknologi budidaya terdapat komponen utamanya yang dikembangkan dalam pengelolaan tanaman terpadu atau PTT, PTT merupakan pendekatan dalam meningkatkan produktivitas tanaman secara berkelanjutan dengan memperhatikan sumberdaya, kemampuan dan kemauan petani (Dewi, dkk. 2014).

        Dalam rangka peningkatan produksi jagung dilakukan pendekatan penerapan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT-jagung). Pendekatan ini mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman secara terpadu serta bersifat spesifik lokasi. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas jagung secara berkelanjutan dan meningkatkan efisiensi produksi. Dalam pendekatan ini terdapat komponen teknologi utama yang dikembangkan diantara lain adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu, penyiapan lahan, populasi tanaman, pemupukan, pengendalian OPT dengan mengutamakan aspek kelestarian lingkungan, pengelolaan panen dan pascapanen (Permadi, 2013).

        Sebelum ditanami jagung, lahan tanam dibersihkan dari gulma dan tanaman liar. Kegiatan tersebut termasuk dalam kegiatan pengolahan lahan, selain melakukan pembersihan gulma, kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah pencangkulan dan pemupukan pada lahan. Pencangkulan dilakukan dengan memindahkan tanah bagian bawah sedalam 15-20 cm ke atas permukaan lahan, sementara pemupukan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan unsur hara yang ada pada lahan tanam. Waktu pemberian pupuk yang paling efektif adalah bersamaan dengan kegiatan pencangkulan, tetapi bisa juga dilakukan ketika akan membuat lubang tanam. Selain kegiatan tersebut yang juga mendukung dalam teknologi budidaya adalah jarak tanamnya (Agung, dkk. 2007).

       Oleh karena itu jarak tanam harus diatur untuk mendapatkan populasi yang optimum sehingga diperoleh hasil yang maksimum. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, karena semakin panjang umurnya maka tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat. Apabila jagung berumur lebih 100 hari maka jarak tanamnya dibuat 40cm x 100cm dua tanaman per lubang, jagung berumur sedang sekitar 80-100 hari maka jarak 25cm x 75cm satu tanaman per lubang, dan jagung berumur pendek panen (Febrina dalam Setyowati, 2013).

 

 B. Alat dan Bahan

1. Cangkul
2. Ember
3. Gayung
4. Polibag 35x30
5. Serop
6. handphone
7. Alat tulis
8. tanah, sekam, kompos, air, pupuk dan benih jagung hibrida komposit F1 

 

C. Langkah Kerja

    1. Penyulaman

Ø  Amati dan cari tanaman yang tidak tumbuh.

Ø Gantilah tanaman yang tidak tumbuh dengan tanaman yang baru dengan menggunakan bibit yang sama

    2. Pengairan

Ø  Cek saluran irigas dan drainase di lahan yang ditanami baik itu dipolibag atau dilahan yang mahasiswa tanami

    3. Pemupukan Dasar, susulan pertama, susulan kedua

Ø  Tambahkan pupuk Urea, SP-36 dan KCl sesuai dosis yang ditentukan dan pada fase pertumbuhan yang telah ditentukan.

Ø  Tebarkan ke lahan secara merata.

    4. Pengendalian Hama Penyakit

Ø  Amati Tanaman apakah ada yang terserang hama penyakit 

Ø Jika sudah ada yang terserang segera lakukan pengendalaian sesuai yang direkomendasikan.     

 

 D. Pembahasan 

1. Apakah tujuan pemeliharaan tanaman?

Ø Tujuan dari pemeliharaan tersebut yaitu untuk memberi kondisi lingkungan yang menguntungkan sehinggan tanaman tetap tumbuh dengan baik dan mampu memberikan hasil yang maksimal. 

2. Jelaskan manfaat pemeliharaan tanaman?

Ø  Manfaat pemeliharaan tanaman yaitu supaya tanaman yang kita tanam ini dapat tumbuh, hidup dan berkembang dengan maksimal serta kuat dan terhindar dari segala hama. Dengan demikian apa yang ingin kita capai agar bisa panen dengan hasil yang maksimal dapat tercapai. Dengan pemeliharaan ini otomatis tanaman akan terawat dan terhindar dari tanaman pengganggu lainnya yang dapat merusak atau mengganggu perkembangannya untuk tumbuh dan berkembang.

      Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu. Pemahaman morfologi dan fase pertumbuhan jagung sangat membantu dalam mengidentifikasi pertumbuhan tanaman, terkait dengan optimasi perlakukan agronomis. Morfologi tanaman jagung didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, bunga, tongkol dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal

               Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang.

             Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10 - 16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air, endosperm sebagai cadangan makanan, dan embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule akar radikal. Dari data hasil pegamatan terdapat hasil perkembangan dan pertumbuhan sementara. Pada pertumbuhan diminggu ke tiga tanaman jagung sudah tumbuh dengan rata-rata tinggi 15-16 cm, dengan rata-rata panjang daun 17- 18cm dan diameter batang 0,5 cm. Pertumbuhan ini kami rasa sudah baik. Dengan observasi pemupukan yang rutin dan penyiraman yang teratur diharap dapat menumbuhkan buah jagung yang baik, besar dan tahan penyakit.


E. Kesimpulan

Dalam rangka peningkatan produksi jagung dilakukan pendekatan penerapan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT-jagung), Pendekatan ini mengutamakan pengelolaan pemeliharaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman secara terpadu serta bersifat spesifik lokasi. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas jagung secara berkelanjutan.

        

                        F. Daftar Pustaka

Ø  Agung. 2007. Budidaya Jagung Hibrida. Agromedia Pustaka Tersedia: Jakarta. 

Ø Gupta, Km. Saroj dan N.S.R.G., 2012. Sustainability of Scientific Maize Cultivation Practices in Uttar Pradesh, India. Agricultural Technology, 8(3): 1089-1098. 

Ø  Haryati, Y. dan P.Karsidi. 2015. Implementasi Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Jagung Hibrida (Zea Mays L.) Agrotrop, 5(1): 101-109. 

Ø Setyowati, N. dan U.N.Wikan. 2013. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tiga Aksesi Jagung Pulut Lokal Maros. Agrotopika, 18(1): 1-7.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Kesehatan Benih Dalam Mendukung Program Perbenihan Nasional

PEMANENAN POLLEN

Uji Tetrazolium Benih