SELEKSI DAN ROGUING FASE VEGETATIF, GENERATIF, DAN PENGISIAN BIJI

    

 SELEKSI DAN ROGUING 

FASE VEGETATIF, GENERATIF, DAN PENGISIAN BIJI


    A. Dasar Teori

        Jagung (Zea mays L.) merupakan sereal terkemuka yang paling penting di dunia tanaman yang dapat tumbuh di musim beragam, ekologi dan kegunaan dan dikenal sebagai ratu sereal karena produktivitas paralel antara tanaman sereal. Jagung adalah salah satu makanan pokok setelah beras di Negara Indonesia. Jagung biasanya selain digunakan untuk bahan pangan juga digunakan untuk bahan pakan ternak ataupun bahan untuk kebutuhan industri sehingga kebutuhan akan jagung selalu meningkat di setiap waktunya. Tanaman jagung relatif mudah dibudidayakan dan dalam melakukan perawatan, serta sangat cocok dengan kondisi iklim dan cuaca yang ada di Indonesia. Tanaman jagung dapat tumbuh pada dataran rendah hingga dataran tinggi. Lahan tanam yang baik untuk budidaya jagung adalah di lahan kering yang berpengairan cukup, lahan tadah hujan, lahan terasering, lahan gambut yang telah diperbaiki, dan lahan basah bekas menanam padi (Meena, et al. 2014). 

        Produksi benih selain menekankan pada hasil produksi adalah menekankan pada kualitas benih yang dihasilkan. Hal ini berhubungan dengan kontinuitas dan kepercayaan para pelaku budidaya untuk terus menggunakan benih yang diproduksi oleh perusahaan. Sehingga breeder harus benar-benar menjaga kualitas benih yang diproduksi mulai dari penanaman sampai dengan ditangan pelaku budidaya. Pada proses budidaya benih terdapat empat hal yang harus benar-benar dilaukan dengan teliti dan tidak bida ditolelir. Diamana hal tersebut adalah isolasi, roguing, detaseling dan babat tetua jantan. 

        Roguing pada budidaya benih dilakukan untuk menyingkirkan tanaman sejenis yang tidak dikehendaki. Hal ini dilakukan agar tidak ada penyimpangan genetik pada jagung hasil produksi. Sehingga roguing harus dilakukan dengan maksimal tanpa ada tanaman yang tidak dikehendaki tertinggal di lahan budidaya. Ketertinggalan tanaman yang tidak dinginkan menjadi indikator bahwa roguing tidak dilakukan secara maksimal. Maka dari itu untuk dapat memahami tentang roguing lebih dalam maka hal tersebut harus dipelajari untuk menghasilkan benih yang berkualitas (Purwanto, 2008). 

        Pengendalian gulma/ seleksi regoing dengan menggunakan herbisida sangat diminati oleh petani, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Penggunaan herbisida diupayakan agar tidak memberi pengaruh negatif pada tanaman budidaya, karena itulah diupayakan mencari senyawa-senyawa yang bersifat selektif dan cara serta pengaplikasian yang tepat. Penyiangan dan perlakuan pemberian herbisida menyebabkan pertumbuhan gulma terganggu dan memberikan kesempatan tanaman jagung untuk memanfaatkan kondisi lingkungan dan mengoptimalkan penyerapan unsur hara yang dibutuhkan dengan baik. Pada keadaaan yang menguntungkan, fotosintat yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, setelah tanaman jagung memasuki fase generatif fotosintat yang dihasilkan akan lebih banyak dikirim ke biji, maka biji akan menjadi lebih berat. Menurut Lamid dan Dahono (1992) bila populasi gulma dapat dikendalikan maka tanaman utama akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi.

 

    B. Alat dan Bahan

  • Sabit
  •  Pestisida
  •  Cangkul
  •  Hand sprayer
  •  Pupuk

    

   C. Langkah Kerja

  •  Pelajari deskripsi varietas jagung yang ditanam
  •  Amati dan cari tanaman yang merupakan tipe simpang atau terserang penyakit
  •  Cabut tanaman dan buang di luar area tanaman produksi
  •   Pastikan setiap baris tanaman diamati dengan jelas dan tidak ada bagian yang terlewat

  

  D. Hasil Pengamatan

        Rouging pertama yaitu umur 7-15 HST hanya mengecek tanaman yang tumbuh diluar baris tanaman yang dikehendaki. 40-45 HST apabila ada kelainan genetik/ ostek yang tumbuhnya lebih besar dari tanaman jantan atau betinan. Pas panen rouging 75 HST tanaman jantan harus dibersihkan. Sehingga dihasilkan jagung hibrida/ F1, SOP kementan rouging pas pertumbuhan vegetatif dilakukan pada umur 40-45 dan tidak dilakukan pada umur 32-35 HST karena pada fase tersebut hanya mengecek daun, lidah daun sehingga untuk mempersingkat waktu dilakukan pada saat umur. 

        Untuk rougoing jagung manis waktunya tidak jauh berbeda namun lebih maju waktunya yaitu 37-40 HST, umur jagung manis 90 HST. Jagung hibrida 100-110 HSTmenurut kadar airnya. Rouging pada umur 75 tanaman jantan harus dihilangkan karena serbuknya sudah habis tetapi juga ada beberapa jenis jagung yang 10 hari sebelum panen baru dipanen, namun lebih bagus dipercepat agar lebih bagus terkena sinar matahari. Jumlah pekerja saat melakukan rougoing, rasionya itu 1 Ha 4 orang saja rouging pertama namun dirouging akhir dilakukan pembabatan secara bertahap 1000 m itu dilakukan 2 orang.      

        Jagung jantan harus dimusnahkan tidak boleh dijual keperusahaan karena perusahaan diambil betinanya sebagai F1. Kenapa pada fase 75 hari dibabat karena umur tersebut sangat cocok untuk penggemukan pakan ternak. Jantan boleh dipelihara namun jangan berbarengan, jagung jantan akan digunakan sebagai pakan ternak. 

1.   Apakah tujuan roguing?   

        Tujuan dari roguing itu sendiri adalah mempertahankan kemurnian dan mutu genetik suatu varietas. Karakteristik varietas dapat digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi tipe simpang.

            2.   Jelaskan mengapa roguing harus dilakukan dalam kegiatan produksi benih!

        Roguing harus dilakukan dalam kegiatan produksi benih supaya dalam pelaksanaanya mendapatkan calon benih yang unggul dan tidak tercampur varietas serta hal lain yang dapat mengurangi kemurnian benih tersebut. Roguing sendiri merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam upaya peningkatan kemurnian benih dalam produksi benih. Roguing adalah kegiatan mengidentifikasi dan menghilangkan tanaman yang menyimpang. Tujuan dari roguing itu sendiri adalah mempertahankan kemurnian dan mutu genetik suatu varietas.

            3. Jelaskan perbedaan roguing pada fase vegetative, generative, dan pengisian biji!

        Roguing pada fase vegetative, rouging vegetatif dilakukan pada umur 40-45 dan tidak dilakukan pada umur 32-35 HST karena pada fase tersebut hanya mengecek daun, lidah daun sehingga untuk mempersingkat waktu.  

       Roguing pada fase Generatif dilakukan ketika tanaman berada pada fase berbunga yaitu ketika tanaman berumur 45 HST. Seleksi ini didasarkan pada tinggi tanaman, bentuk dan warna bunga serta keseragaman saat berbunga. Jika memiliki tempat dan warna bunga yang berbeda dengan tanaman budidaya yang bukan aslinya maka rumpun tanaman harus di buang atau di cabut. Pemeriksaan ini dilakukan pada masa tanaman fase generatif dengan umur 45 HST. Lahan harus dilakukan pembersihan seperti gulma yang berada di sekitar tanaman sebelum dilakukan pemeriksaan lapang ke 2 tersebut.  

         Roguing III pada saat pengisian biji dilakukan ketika tanaman pada menjelang panen 80% dengan isi biji yang telah kuning pada umur 100 HST. Pada dasarnya ini pada umur tanaman, tinggi tanaman, bentuk, letak daun bendera, bentuk biji, serta warna pada biji. Tanaman yang memiliki bentuk, posisi daun bendera, togkol, dan warna biji yang berbeda pada tanaman tersebut maka harus di buang.

 

                Azrai, M., M. Aqil, R. Arief, F. Koes, dan R. Y. Arvan. 2018. Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 

      Muhammad. 2005. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi Dan Hortikultura: Fakultas Pertanian. 

           Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 

              Suhartina, Purwantoro, N. Nugrahaeni, dan A. Taufiq. 2012. Panduan Roguing Tanaman dan Pemeriksaan Benih Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 41 hlm.

 








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Kesehatan Benih Dalam Mendukung Program Perbenihan Nasional

PEMANENAN POLLEN

Uji Tetrazolium Benih