Uji Kekuatan Tumbuh Benih (Vigor Benih)

UJI KEKUATAN TUMBUH BENIH (VIGOR BENIH)



A. Latar Belakang

Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi optimum. Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan dengan kondisi lingkungan sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong untuk menduga parameter vigor daya simpan benih, sedangkan jika kondisi lingkungan tidak sesuai diberikan selama pengecambahan benih maka tergolong dalam pengujian untuk menduga parameter viabilitas tumbuh benih (Soetopo 2005). 

Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman berproduksi normal dalam kondisi sub optimum. Beberapa kondisi sub optimum dilapang misalnya kondisi kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah penyakit, dsb. Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi (Amira, 2011). Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragamakan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Bagod, 2006). 

Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing “kekuatan tumbuh dan daya simpan” benih. Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum panen. Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat dan mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang menunjukan bagaimana benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor adalah gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan dan kesehatan benih yang diukur melalui kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis biokimia (ISTA 2007).


B. Pembahasan

       1. Apa yang dimaksud dengan vigor SOP, jelaskan!  

    Vigor SOP merupakan Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi optimum. Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman berproduksi normal dalam kondisi sub optimum. Beberapa kondisi sub optimum dilapang misalnya : kondisi kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah penyakit, dsb. Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi (Amira 2011). Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuktumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. 

    Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yangsama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapatmenambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragamakan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik.

           2. Apa saja faktor penyebab vigor benih Jelaskan!

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi yaitu Tingkat kemasakan benih, benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna. Ukuran benih, Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen. Dormansi, Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Penghambat perkecambahan, penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi. 

Faktor eksternal meliputi air, suhu, oksigen, cahaya dsb. Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C. Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih. Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Sutopo, 2002).

       3. Apa akibat bila suatu benih vigornya rendah, Jelaskan! 

            Akibat dari suatu benih vigornya rendah yaitu akan mengalami kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan, Makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh, Kecepatan berkecambah benih menurun, Kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat, Meningkatnya jumlah kecambah abnormal, Rendahnya produksi tanaman dsb. Hal tersebut karena disebabkan oleh faktor diantaranya yaitu:

  • Faktor genetis. Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lignkungannya yang kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya. 
  • Fisiologis. Kondisi fisiologis yang berpengaruh adalah immaturity atau kekurang masakan benih saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan 

  • Morfologis. Contohnya, benih yang kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan benih yang besar.

  • Sitologis. Kemunduran benih yang disebabkan oleh antara lain aberasi khromosom

  • Mekanis. Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih pada saat panen, prosesing ataupun penyimpanan.

Dalam praktikum yang telah kami lakukan yaitu menghasilkan perbedaan disetiap perlakuan yang telah kami beri. Perlakuan tersebut diantaranya yaitu perbedaan antara komposisi pemberian konsentrasi garam sebanyak 100g, 200g dan 300g. dari masing-masing perlakuan tersebut memberi hasil keberagaman. Hasil yang kami temukan ternyata dengan pemberian konsentrasi garam semakin sedikit memberi efek keseragaman daya tumbuh terhadap benih yang kita tanam. Semakin banyak garam yang kita masukkan memberi hasil yang buruk terhadap benih yang kita tanam.  Hal tersebut menyatakan bahwa larutan garam yang disiramkan kemedia akan membuat h sulit melakukan prosestekanan osmosis yang mengakibatkan tekanan tanah menjadi tinggi dengan demikian akan menyebabkan benih sulit melakukan proses imbibisi dan membuat terhambatnya proses perkecambahan. Penyerapan air dan mineral oleh akar terjadi melalui mekanisme perbedaan tekanan antara sel-sel akar dan air tanah. Ketika tekanan bagian dalam sel-sel akar lebih rendah dari tekanan di luar, tumbuhan memasukkan air dari luar. Jadi, sel-sel akar mengambil air dari luar tidak setiap saat dan terus menerus, melainkan hanya ketika sel-sel tersebut memerlukannya. Dalam peristiwa ini proses osmosis dapat di cegah oleh akar dan tidak terjadi secara terus menerus. Namun begitu media tanam yang terlalu banyak mengandung air, lama kelamaan akan membuat akar mengalami pembusukan.

Namun didalam praktikum yang kami lakukan kami juga menemukan beberapa benih kangkung yang unik yaitu pada perlakuan benih dengan konsentrasi garam 200g, disitu kami mendapatkan hasil jumlah tanaman yang tumbuh secara keseluruhan sebanyak 17 dengan tinggi 13cm sebanyak 8 benih , 6cm sebanyak 3 benih dan sisanya tinggi rata-ratanya 2cm dengan jumlah daun 2 helai dan warna hijau muda. Diperlakuan ini tinggi tanaman kangkung tumbuh dengan lebih baik namun keberhasilannya kurang optimal karena banyak benih yang tidak kuat karena adanya larutan garam yang menghambat proses imbibisi dari tanaman kangkung tersebut sehingga benih yang viabilitasnya tinggi saja yang dapat bertahan dan mampu tumbuh dan berkembang dimedia tersebut. Pada perlakuan 300g garam, benih yang kami tanam pada media tersebut tumbuh namun pada hari ke-3 setelah tumbuh, tunas tersebut mengalami kematian dikarenakan tidak kuatnya akar dalam mengkondisikan tekanan osmosis pada tanh yang telah terkontaminsi oleh larutan garam tersebut. 

    C. Kesimpulan

        Tingkat kemasakan benih memiliki peran penting terhadap vigor benih. Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman berproduksi normal dalam kondisi sub optimum. Beberapa kondisi sub optimum dilapang misalnya: kondisi kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah penyakit, dsb. Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi. Tingkat kemasakan benih benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna, dengan demikian akan mempengaruhi proses pertumbuhan dari benih tersebut.

 

Daftar Pustaka 

Ø Bagod, 2006. Biologi: Sains Kehidupan. Surabaya: Penerbit Yudhistira.

Ø Basuki, 2005. Evaluasi Dengan Hasil 7 Genotip kentang Pada Lahan Kering Bekas Sawah Dataran Tinggi Ciwidy. Jurnal Hortikultura Vol 5 (4): 16-28.

Ø ISTA, 2007. International Rule for Seed Testing Edition 2007. Swizerland: International Seed Testing Association.

Ø Sutopo, 2011. Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ø Arief, R. 2009. Bocoran Kalium sebagai Indikator Vigor Benih Jagung. Prosiding Seminar.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Kesehatan Benih Dalam Mendukung Program Perbenihan Nasional

PEMANENAN POLLEN

Uji Tetrazolium Benih