Uji Kesehatan Benih
A. Latar Belakang
Benih merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai peran sangat menentukan dalam upaya produksi dan mutu hasil. Dalam era pertanian modern saat ini, penggunaan benih bermutu mutlak diperlukan. Benih bermutu adalah benih dari varietas unggul yang dihasilkan dengan cara-cara khusus yang disebut sertifikasi. Sertifikasi benih bertujuan untuk menjaga kemurnian genetik, fisik, dan fisiologis dari benih varietas unggul yang akan digunakan oleh petani dengan jalan usaha pengawasan terhadap proses produksi benih berupa pengawasan benih sumber lapangan pertanaman calon benih, pengolahan, pengepakan, pengujian benih secara laboratorium dan pemasangan label benih. Benih merupakan faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih berperan penting dalam menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas tinggi (Wirawan, 2002).
Proses budidaya tanaman akan dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas bila dalam proses budidaya tersebut menggunakan benih yang berkualitas dan sehat. Benih yang sehat memiliki arti bahwa benih tersebut bebas dari kontaminasi mikroba yang merugikan dimana nantinya dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan benih. Banyaknya jenis penyakit tanaman penting yang merugikan berasal dari benih yang telah terinfeksi sebelumnya yang menjadi sumber infeksi di lahan pertanaman. Benih yang terinfeksi patogen dapat merupakan sumber patogen penting di lahan pertanaman. Penularan penyakit dari benih ke kecambah menyebabkan terjadinya infeksi primer dan merupakan sumber infeksi untuk tanaman sekitarnya. Patogen yang terbawa benih mempunyai arti penting jika berhasil menular ke tanaman yang berasal dari benih itu sendiri atau ke tanaman sekitarnya. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penggunaan benih berkualitas baik yang tidak mengandung patogen yang merugikan merupakan salah satu cara yang sangat dianjurkan. Langkah ini juga termasuk ke dalam langkah awal pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.
Pentingnya uji kesehatan benih dilakukan adalah karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil, benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya. Sehingga baik cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang semula dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan dilakukan uji kesehatan benih fatogen akan terdekteksi dan dapat mengurangi penyakit pada benih tersebut dan merupakan informasi tentang adanya suatu resiko.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami uji kesehatan benih dengan baik dan benar untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat mikroorganisme yang bersifat fatogen serta menjadi bahan evaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan keberbagai tempat untuk keperluan pertanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan pengembangan usahatani dan mempunyai fungsi agronomis. Benih yang bermutu adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang bekualitas tinggi. Benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Kartasapoetra, 2003).
Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari
materi-materi non benih/serasah, atau benih varietas lain yang tidak
diharapkan. Biasanya kemurnian benihdinyatakan dalam persentase (%). Pengujian
kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukandengan memisahkan tiga komponen
benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yangselanjutnya dihitung
presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnianadalah
untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih
yangmewakili lot benih (Heddy. G. 2000).
Benih yang mempunyai mutu berkualitas yang mana benih tersebut
bebas dari patogen. Patogen adalah suatu kesatuan hidup yang dapat menyebabkan
penyakit pada benih. Sedangkan patogenisitas adalah kemampuan relatif dari
suatu patogen untuk menyebabkan penyakit. Penyakit yang ditimbulkannya
kemungkinan dapat terjadi pada kecambah, tanaman muda ataupun tanaman yang
telah dewasa. Semua golongan patogen yang dapat menyerang benih seperti
cendawan, bakteri, virus, dan nematoda. Yang mana jika benihnya telah
terinfeksi atau kerena kontaminasi pada permukaan benih yang mana terjadi
proses abnormal pada fisiologis benih. Kebanyakan patogen yang terbawa benih
menjadi aktif segera setelah benih disebar atau disemaikan.Akibat dari benih
yang terserang maka benih mengalami pembusukan dan rusak sebelum atau sesudah
benih berkecambah.
Menurut Hasan (2013) mutu benih tanam yang berkualitass tinggi
adalah kunci dari komponen biji-bijian sistem tanaman. Untuk memastikan
popuulasi tanaman dengan laju pembenihan yang wajar dalam berbagai kodisi
memerlukan mutu benih yang tinggi. Selama panen, pengolahan dan penyimpanan,
mutu benih yang ditanam mengalami efek terintregasi dari lingkungan. Banyaknya
variasi kualitas benih dikaitkan dengan perbedaan lingkungan kondisi,
pengembangan dan pematangan benih sementara di pohon induk. Hal yang dapat
mengurangi mutu benih selama di lapangan adalah kondisi lingkungan seperti
suhu, curah hujandan kelembaban.
PEMBAHASAN
Menurut Samuel (2013)
benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan budidaya tanaman pangan. Penggunaan bahan tanam bermutu merupakan
salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pertanaman.Petani
sering mengalami kerugian yang sangat besar baik dari segibiaya maupun waktu
yang diakibatkan oleh penggunaan benih yang tidak bermutu atau tidak jelas
asal-usulnya. Kesalahan dalam penggunaan bahan tanam akan mengakibatkan
kerugian jangka panjang. Penggunaan bibit bermutu merupakan salah satu kunci
untuk mendapatkan pertanaman yang mampu memberikan hasil yang memuaskan.
Pengamatan dan
identifikasi kesehatan benih padi merupakan kegiatan penting dalam perbaikan
varietas tanaman padi. Potensi genetik dari bahan pemuliaan yang dikembangkan
secara konvensional atau biologi molekuler, dievaluasi berdasarkan penampilan
fenotipik pada lingkungan tertentu dengan tipe cekaman yang menjadi tujuan
perbaikan varietas. Dengan demikian pengiangan kesehatan benih padi harus
menggunakan metode penilaian praktis, cepat, tepat, dan akurat sehingga
menghasilkan benih yang bermutu (Silitonga, 2013).
Kesehatan benih terutama
ditandai oleh ada tidaknya penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
cendawan, bakteri, virus dan penyakit yang disebabkan oleh hewan seperti cacing
dan serangga, atau secara fisiologis karena adanya kekurangan unsur mikro.
Semua patogen tanaman dapat terbawa oleh benih karena benih dapat terinfeksi
patogen baik ketika masih di tanaman induk, terkontaminasi pada waktu diproses
maupun di dalam rantai pemasaran. Patogen yang menginfeksi benih dapat
menyebabkan benih menjadi berubah secara fisik
dan kimiawi, berkecambah secara abnormal, idak dapat berkecambah, kecambahnya
tidak mampu muncul kepermukaan lahan dan hasil pengujian viabilitas kecambahnya
jadi terpengaruh (Sutopo, 2002).
Benih merupakan salah satu sarana untuk dapat
menghasilkan produksi yang setinggi-tingginya. Karena benih merupakan sarana
produksi, maka benih harus bermutu tinggi (mutu fisiologis, genetik dan fisik)
dari jenis yang unggul (Tim Pengampu, 2011). Mutu benih sendiri dapat
dipengaruhi oleh kesehatan benih. Kesehatan benih ditentukan oleh ada atau
tidaknya suatu mikroorganisme yang terbawa oleh benih seperti jamur, bakteri
atau virus. Benih yang sehat sangat penting dalam produksi tanaman pertanian
karena benih adalah awal untuk mendapatkan tanaman yang sehat. Oleh karena itu
benih harus bebas dari infeksi atau kontaminasi patogen (Nurdin, 2009).
Pengujian kesehatan dapat dilakukan atas
permintaan dari pengirim benih atau pelanggan. Pengujian hanya dilakukan untuk
mendeteksi mikroorganisme tertentu atau penyakit fisiologis tertentu. Estimasi
jumlah benih yang terserang dilaksanakan sebaik mungkin sesuai dengan
ketelitian yang dimungkinkan oleh metode yang digunakan. Apabila contoh yang
dikirim telah mendapat perlakuan (seed treatment) dengan pestisida atau
perawatan lain, maka pengirim harus menyebutkanya, karena hal ini mungkin akan
mempengaruhi determinasi dan evaluasi pengujian kesehatan benih. Pengujian
kesehatan benih harus dilakukan dengan menggunakan metode dan alat yang sudah
dipastikan kelayakannya untuk digunakan. Metode yang digunakan tergantung pada
jenis patogen atau kondisi yang akan diamati, jenis benih, dan tujuan
pengujian.
Menurut Agarwal dan
Sinclair (1996), pengujian terhadap mutu patologis atau kesehatan benih juga
sangat penting. Mutu patologis benih yang rendah dapat menyebabkan penyakit
yang dapat merugikan pada hampir semua tahap pertumbuhan. Benih juga dapat
mengalami penurunan vigor dan viabilitas, peningkatan kematian bibit atau
tanaman muda, penurunan hasil, peningkatan perkembangan penyakit di lapangan,
munculnya peluang terjadinya ledakan penyakit di daerah baru, serta senyawa
toksik yang dihasilkan patogen terbawa benih akan menyebabkan perubahan
komponen biokimia dari benih tersebut.
Patogen yang terdapat pada benih memerlukan
keadaan lingkungan yang berbeda agar dapat tumbuh dan menghasilkan spora. Oleh
sebab itu kondisi lingkungan pada waktu pengujian kesehatan benih harus dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat merangsang pertumbuhan patogen. Hal ini sangat
penting agar patogen tersebut dapat diidentifikasi terutama patogen yang
terdapat dalam benih. Berbagai metode pengujian yang telah ada mempunyai
kepekaan dan kemungkinan untuk diulang dengan metode yang berbeda. Disamping
itu memerlukan latihan dan macam peralatan yang berbeda pula. Metode yang
digunakan atau dipilih tergantung dari jenis patogen atau keadaan yang akan
diselidiki, jenis benih tanaman, dan maksud dari pengujian. Pemilihan metode
yang tepat serta evaluasi hasil, memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Patogen yang terbawa oleh benih dapat diklasifikasikan
kedalam beberapa golongan yaitu cendawan, bakteri, virus dan nematoda.
Pada pengujian
kesehatan, benih sample diambil dari hasil pengujian kemurnian benih. Contoh
kerja dapat terdiri dari seluruh contoh kirim atau hanya sebagian saja
tergantung dari metode yang digunakan. Contoh kirim yang diperlukan sama dengan
berat contoh kirim untuk pengujian rutin, kecuali hal-hal khusus. Contoh benih
harus dikemas dan dikirimkan dalam keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
perubahan status kesehatan benih. Pada umumnya contoh kerja (benih yang diuji)
minimal 400 butir, yang terdiri dari beberapa ulangan tergantung metode dan kebijaksanaan
masing-masing laboratorium. Variasi diantara ulangan biasanya lebih besar
dibanding variasi dalam pengujian daya berkecambah. Karena mikroplora yang ada
dalam benih dapat berubah selama penyimpanan (walaupun didalam kondisi yang
mendukung viabilitas benih), maka pemilihan kondisi penyimpanan harus sesuai
yaitu suhu dan tempat penyimpanannya optimal sehingga integritas contoh
terjaga, bila dalam pengujian terjadi perkembangan cendawan penyimpanan yang
berlebihan, maka hal ini dapat menunjukan kualitas benih tersebut buruk. Hal
ini dapat disebabkan oleh penanganan saat panen, prosesing, penyimpanan atau
saat penuaan (ageing). Dalam hal ini benih perlu diberikan perlakuan
pendahuluan.
Patogen yang terdapat
pada benih memerlukan keadaan lingkungan yang berbeda agar dapat tumbuh dan
menghasilkan spora. Oleh sebab itu kondisi lingkungan pada waktu pengujian
kesehatan benih harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat merangsang
pertumbuhan patogen. Hal sangat penting agar patogen tersebut dapat diidentifikasi,
terutama patogen yang terdapat dalam benih. Berbagai metode pengujian yang
telah ada, mempunyai kepekaan dan kemungkinan untuk diulang dengan metode yang
berbeda. Disamping itu memerlukan latihan dan macam peralatan yang berbeda
pula. Metode yang digunakan / dipilih tergantung dari jenis patogen atau
keadaan yang akan diselidiki, jenis benih tanaman dan maksud dari pengujian.
Pemilihan metode yang tepat serta evaluasi hasil, memerlukan pengetahuan dan
pengalaman. Cendawan terbawa benih dapat menimbulkan penyakit pada tanaman
sebelum benih berkecambah, pada waktu tanaman masih muda atau menjelang
berbunga atau berbuah. Selain dapat menyebabkan penyakit pada tanaman itu
sendiri, cendawan dapat pula menjadi sumber infeksi untuk tanaman lain.
Cendawan dapat mempertahankan diri di lapang misalnya pada sisa tanaman dan
gulma. Pada keadaan ini cendawan akan menjadi sumber inokulum. Meskipun saat
penanaman menggunakan benih yang sehat, tetap terserang penyakit. Cendawan
terbawa benih dapat bertahan lama di lapang (Sugiharso at al. 1980). Informasi
tentang asosiasi cendawan pada benih serta peran dari masing-masing cendawan
sangat dibutuhkan untuk mendapatkan bibit dan tanaman sehat di lapang. Metode
pengamatan langsung terhadap benih tanpa bantuan peralatan atau dengan
menggunakan bantuan kaca pembesar (lup) dan dapat juga dibawah mikroskop
stereo, Pengujian dengan perendaman benih, Pengamatan terhadap suspensi dari
pencucian benih. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
- Metode setelah inkubasi
Hasil pengujian ini tidak memberikan indikasi viabilitas patogen. Jarak antar tiap tap benih dibuat sedemikian rupa hingga tidak saling bersinggungan satu sama lain. Kemudian petridis tersebut dismpan pada suatu ruangan/ lemari khusus selama masa inkubasi. Pada umumnya masa inkubasi adalah 7-8 hari pada suhu (20±2) ºC kecuali pada benih tanaman tropika diprlukan suhu (28± 2) ºC. Dapat juga dilakukan dengan cara benih yang telah ditabur (khususnya pada metode blotter) benih diinkubasi pada kondisi ruang pada 24 jam pertama, kemudian benih diinkubasi pada suhu -20 ºC pada 24 jam berikutnya. Setelah itu benih diinkubasi suhu ruang sampai pengamatan. Untuk merangsang sporulasi cendawan sebaiknya tempat inkubasi dilengkapi dengan lampu NUV dan secara bergantian diatur terang gelap masing-masing 12 jam. Setelah masa inkubasi selesai benih diperiksa dengan menggunakan mikroskop stereo dengan pembesaran 50-60 kali. Benih yang sangat mudah terkena kontaminasi dengan saprofit perlu diberikan perlakuan dengan larutan chlorine 1-2% sebelum diuji dan masih banyak lagi metode yang dapat dilakukan.
- Pengujian Bakteri
Metode pengujian kesehatan benih pada bakteri biasanya digunakan pada dasarnya tergantung pada macam-macam dari benih yang dipakai dan organisme pengganggu tanaman yang mungkin terdapat pada benih tersebut. Keberadaan suatu patogen seringkali baru dapat diketahui dengan pasti setelah melalui teknik pemeriksaan atau pengujian tertentu. Penggunaan media yang tidak steril atau ruang kerja tidak steril. Dimana kemungkinan besar akan terjadi kontaminasi atau terinfeksi oleh bakteri sehingga akan menyulitkan dalam mengidentifikasi bakteri yang terdapat pada benih tersebut
- · Pengujian Virus
Benih memegang peranan penting dalam budidaya tanaman. Kualitas benih yang baik merupakan syarat penting untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan menguntungkan. Salah satu karakter mutu adalah tidak terdapatnya patogen terbawa benih, yang salah satunya adalah virus. Kerugian secara ekonomis akibat serangan virus sering tidak dapat diketahui secara pasti, karena pada kondisi lapang infeksi virus atau patogen lainnya sering terjadi secara simultan (Balitsa, 2006).
KESIMPULAN
· Pengujian kesehatan benih
sangatlah penting untuk mengetahui mutu benih. Pengujian kesehatan benih
dilakukan bertujuan untuk menciptakan suatu benih yang unggul dan terbebas dari
patogen atau penyakit terbawa benih dan untuk mengetahui jenis patogen yang
dibawa oleh benih Benih yang bermutu akan menghasilkan tanaman yang baik.
· Sebelum melakukan
budidaya, kita harus memerhatikan benih yang akan kita gunakan, Karena benih
merupakan titik awal dari pertumbuhan tanaman, maka dari itu harus memerhatikan
mutu atau kualitas yang dimiliki oleh benih tersebut. Dimana mutu benih
dipengaruhi oleh kesehatan benih seperti bakteri, jamur dan virus. Jika benih
sudah terkontaminasi oleh patogen maka hal ini akan berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman dan akan mempengaruhi jumlah produksi.
DAFTAR PUSTAKA
- Kuswanto H. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
- Balai Besar Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. (2004). Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, Depok.
- Hasan, Md. Abu, dkk. 2013. Evaluation of the Physiological Quality of Wheat Seed as Influenced by High Parent Plant Growth Temperature. Crop Sci. Biotech 16 (1): 69-74
- Ishaq. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
- Risnawaty, dkk. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa Benih pada Padi Lokal Aromatik. Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau Asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Jurnal LPPM 1 (1): 1-19
- Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang. Fakultas Pertanian UNIBRAW.
- Risnawaty, R. (2010). Identifikasi Cendawan Terbawa Benih Pada Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti. Pulu Pinjan, Dan Pare Lambau Asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Jurnal: Hama dan Penyakit Tumbuhan, Faperta UNHAS.
- Wirawan, B., Sri W. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.
Komentar
Posting Komentar