Pengujian Viabilitas Benih

 PENGUJIAN VIABILITAS BENIH


A.    Latar Belakang

Benih merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai peran sangat menentukan dalam upaya produksi dan mutu hasil. Dalam era pertanian modern saat ini, penggunaan benih bermutu mutlak diperlukan. Benih bermutu adalah benih dari varietas unggul yang dihasilkan dengan cara-cara khusus yang disebut sertifikasi. Sertifikasi benih bertujuan untuk menjaga kemurnian genetik, fisik, dan fisiologis dari benih varietas unggul yang akan digunakan oleh petani dengan jalan usaha pengawasan terhadap proses produksi benih berupa pengawasan benih sumber lapangan pertanaman calon benih, pengolahan, pengepakan, pengujian benih secara laboratorium dan pemasangan label benih. Benih merupakan faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan produksi tanaman. Benih berperan penting dalam menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas tinggi (Wirawan, 2002). Upaya untuk meningkatkan produksi pangan dapat dilakukan melalui peningkatan mutu benih. Meningkatan mutu benih tersebut dapat dilakukan melalui dua cara yaitu peningkatan mutu genetis dan mutu fisiologis. Peningkatan mutu genetis diantaranya adalah potensi hasil varietas dan kemurnian varietas, sedangkan peningkatan mutu fisiologis meliputi vigor benih dan viabilitas benih.

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme dan atau gejala pertumbuhan serta daya kecambah yang merupakan tolak ukur viabilitas benih. Viabilitas atau tingkat perkecambahan suatu benih dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perkecambahan atau pertumbuhan benih berupa tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan zat penghambat. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi meliputi keadaan lingkungan yang mendukung seperti pH, air, temperatur, oksigen, cahaya dan medium (Sadjad, 1993).

Untuk mengetahui daya hidup benih atau tingkat perkecambahan dapat dilakukan melalui pengujian benih yang merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Dalam pengujian benih mengacu pada ISTA (International Seed Testing Association) dan beberapa penyesuaian yang telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus berupa ukuran, struktur, dan pola perkecambahan. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologis benih. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji perkecambahan benih. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung misalkan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsungd engan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu.

Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yanglain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan persentase perkecambahan. Pengujian kecambah atau viabilitas menggambarkan kecambah yang potensial. Potensi perkecambahan merupakan hal yang secara langsung didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas digunakan, baik untuk pengujian benih standar maupun untuk pengujian informal secara sederhana di persemaian.


B. Langkah Kerja

 Metode Pengujian Viabilitas Benih dengan Metode UDK (Uji Diatas Kertas) 

  • Cawan petri diameter 10 cm dilapisi tiga lembar media kertas stensil bentuk bulat 

  • Diatas kertas stensil ditetesi air hingga merata. Cawan dimiringkan sehingga air yang berlebih terkumpul di bagian bawah. Air berlebih dibuang 

  • Benih yang ditanam dengan metode UDK ialah benih yang berukuran kecil: bayam, bawang, cabe 

  • Jumlah benih yang ditanam satu cawan petri 25 butir. 

  • Cawan petri ditutup, diletakkan dalam alat pengecambah benih. Setelah benih mulai berkecambah, tutup cawan dibuka. 

  • Penyiraman dilakukan pada hari ketiga setelah tanam 

  • Pengamatan terhadap jumlah kecambah normal dilakukan pada hari ketujuh

 

Metode Pengujian Viabilitas Benih dengan Metode UDK (Uji Diatas Kertas)

    • Cawan petri diameter 10 cm dilapisi tiga lembar media kertas stensil bentuk bulat
    • Diatas kertas stensil ditetesi air hingga merata. Cawan dimiringkan sehingga air yang berlebih terkumpul di bagian bawah. Air berlebih dibuang.
    • Benih yang ditanam dengan metode UDK ialah benih yang berukuran kecil: bayam, bawang, cabe.
    • Jumlah benih yang ditanam satu cawan petri 25 butir.
    • Cawan petri ditutup, diletakkan dalam alat pengecambah benih. Setelah benih mulai berkecambah, tutup cawan dibuka
    • Penyiraman dilakukan pada hari ketiga setelah tanam
    • Pengamatan terhadap jumlah kecambah normal dilakukan pada hari ketujuh

Pengujian Viabilitas Benih dengan Metode UKDdp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik)

    • Kertas stensil segi empat panjang berukuran 20x30 cm direndan dalam air. Setelah lembab diangkat dan ditiriskan airnya
    • Benih ditanam di atas 3 media kertas yang dibawahnya dilapisi plastik, untuk media ukuran 20X30 ditanam 25 butir benih ukuran sedang-besar (jagung, timun dan kangkung). Setelah benih ditanam, ditutup dengan 2 lembar media lembab, kemudian digulung
    • Gulungan kertas merang diletakan dalam alat pengecambah benih
    • Penyiraman dilakukan pada hari ketiga setelah tanah
    • Pengamatan terhadap jumlah kecambah normal dilakukan pada hari ketujuh


C. Pembahasan

        Viabilitas diartikan sebagai ditakdirkan untuk hidup atau mampu untuk hidup sebagai mahluk yang normal atau memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Benih yang viabel adalah benih yang bila dihadapkan pada kondisi atau keadaan yang memungkinkan untuk perkecambahan, maka benih tersebut dapat tumbuh, mampu berkembang menjadi bibit dan menjadi tanaman normal. Dengan kata lain, viabilitas benih dapat didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk berkecambah dan berkembang menjadi bibit yang baik meskipun pada kondisi lapangan produksi yang kurang menguntungkan. Selain itu, merupakan tingkatan benih yang metabolik aktif, memiliki enzim yang mampu mengkatalisa reaksi metabolik yang dibutuhkan untuk perkecambahan dan pertumbuhan bibit (Tim Pengampu, 2011). 

        Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme. Untuk metode uji secara langsung diperlukan substrat pengujian, dapat berupa kertas, pasir, tanah dan sebagainya. Metode uji dengan substrat sebagai tempat, lebih cepat dan lebih mudah menilai struktur-struktur penting kecambah dan dapat dengan mudah distandarisasi. Metode uji dapat dilakukan untuk mendapatkan uji daya berkecambah, dan kekuatan tumbuh, hal ini tergantung pada kondisi lingkungan pengujian benih (Aryunis, et al. 2009). 

        Metode uji viabilitas benih secara langsung antara lain adalah UDK (Uji Diatas Kertas) Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya untuk perkecambahannya. Benih ditanam diatas lembar substrat yang diletakkan pada petridish atau cawan plastik. Petridish dapat ditutup atau dibuka, tergantung pada ukuran besarnya benih. Selanjutnya yaitu UKDdp (Uji kertas Digulung dididrikan Dalam plastik) Metode ini UKDdp sama dengan kegunaannya dengan metode UKDd, hanya perbedaanya UKDdp digunakan untuk menguji benih yang benih yang berukuran sebesar seprti jagung, kedelai, kacang tanah, kangkung dan sebagainya karena benihnya agak besra, metode ini mengggunakan plastik diluarnya (Aryunis,et al.2009). 

        Metode perkecambahan UKDdp menunjukkan persentase viabilitas tertinggi pada komoditi jagung ulangan 1 (88%), jagung ulangan 2 (80%) dan jagung ulangan 3 (76%). Kangkung ulangan 1 (20%), kangkung ulangan 2 (28%) dan kangkung ulangan 3 (80%). Metode perkecambahan UKDdp menggunakan kertas yang kemudian digulung didirikan dalam suatu plastik untuk mengecambahkan benih yang berukuran besar. Adanya plastik diantara gulungan kertas ini membantu pertumbuhan akar antar individu benih tidak terhambat dan tidak menembus kertas sebagai tempat pertumbuhan akar individu benih yang lainnya. Selain itu, dengan metode digulung dan didirikan dapat membentuk plumula benih menjadi tegak serta kemampuan kertas menyerap air, memudahkan biji untuk berimbibisi dan menumbuhkan plumula/radikula lebih cepat. Permeabilitas kulit benih yang tinggi akan memudahkan masuknya air dan oksigen kedalam benih yang segera akan mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme benih, Salah satu enzim yang aktif adalah respirasi, respirasi menggunakan substrat dari cadangan makanan dalam benih, sehingga cadangan makanan berkurang untuk pertumbuhan embrio pada saat benih dikecambahkan. 

        Metode perkecambahan UDK menunjukkan persentase viabilitas pada komoditi sawi ulangan 1 (12%), sawi ulangan 2 (16%) dan sawi ulangan 3 (4%) Sedangkan untuk komoditi bayam ulangan 1 (28%), bayam uangan 2 (16%) dan bayam ulangan 3 (8%). Pengujian Viabilitas Benih di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ketersediaan air, Suhu Media dan Penyimpanan, Kesterilisasian media dan faktor Mikroorganisme yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih. Selain itu Uji Viabilitas Benih dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya yaitu Pendekatan secara Fisiologi (Pendekatan/ pengamatan yang dilakukan berdasarkan struktur benih). Dalam pengujian Viabilitas Benih, kita dapat mengetahui Tipe Perkecambahan benih itu sendiri. Tipe Perkecambahan ada 2 yaitu Tipe Perkecambahan Epigel (Tipe perkecambahan dimana plumula dan kotiledon terangkat keatas permukaan tanah) dan Tipe Perkecambahan Hipogeal (tipe perkecambahan dimana plumula memanjang dan kotiledon tetap dibawah tanah). 


D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan persentase hasil untuk metode UKDdp komoditas jagung sebesar (81,3%) dan komoditi kangkung (42,6%). Untuk persentasi metode UDK pada komoditi sawi sebesar (10,6%) dan komoditi bayam sebesar (17,3%). Dalam Pengujian, Viabilitas Benih di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ketersediaan air, Suhu Media dan Penyimpanan, Kesterilisasian media dan faktor Mikroorganisme yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih sehingga beniha akan dapat menyesuaikan untuk dapat melakukan pertumbuhannya.



Daftar Pustaka

    • Kuswanto H. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta:  Penerbit Andi Yogyakarta.Indriani, Hartati dan Sujdindro.1999. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas Benih dan Pertumbuhan Tanaman Sena. Jurnal Litri. Vol. IV (6).
    • Aryunis. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Jambi: Jambi.
    • Sutopo, Lita. 2002. Tekologi Benih. Fakultas Pertanian UNIBRA. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
    • Fatimah Nur. 2009. Substrat Kertas Alternatif Pada Uji Viabilitas Benih. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya.
    •  Hasanah, Maharani, 2002. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih Tanaman Industri. Jurnal Litbang Pertanian, 21(3).
    • Aryunis, Ir. 2009. Penuntun Pratikum Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Kesehatan Benih Dalam Mendukung Program Perbenihan Nasional

PEMANENAN POLLEN

Uji Tetrazolium Benih